Pesona Pulau Condong Lampung Selatan
Secara administrasi, pulau Condong terletak di Desa Rangai Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan. Pulau Condong terletak sekitar 5 km arah selatan dari pesisir pantai Pasir Putih Lampung Selatan. Dari kejauhan, tepatnya di pesisir Pantai Pasir Putih, pulau ini nampak berbentuk bulat setengah lingkaran namun agak lonjong. Pantai pasir putih terletak sekitar 20 km dari kota Bandar Lampung.
Pulau Condong memiliki potensi alam relatif masih asli, bentuk pulau seperti kerucut mirip kubah dimana seluruh lereng dan permukaan bukit dipenuhi oleh vegetasi hutan pantai termasuk beringin, waru, ketapang, dan lain-lain. Bagian Selatan pulau seperti terbelah yang bisa dijadikan tempat untuk para pecinta walk climbing, pendakian, serta olah raga yang bersifat extreme.
Wilayah sekitar pulau Condong Sulah, Condong Darat, Condong Laut digunakan sebagai tempat latihan renang, fun swimming, diving, dan snorkling. Bagi klub diving di Bandar Lampung, Condong Sulah sering digunakan sebagai lokasi outbond training. Fasilitas yang ada secara bertahap sedang dipenuhi oleh penunggu pulau. Transportasi antara pulau dan daratan atau pasir putih hanya sekitar 15 menit lamanya perjalanan. Di sana terdapat 2 buah cottage dan sebuah cafe bagi para pengunjung. Kegiatan berkemah sangat disarankan mengingat alam dan letak pulau tidaj terlalu jauh dari kota Bandar Lampung. Pantai Timur cocok untuk mandi dan berenang bagi keluarga yang tidak ingin jauh berekreasi ke pulau.
Selain itu, pengunjung yang datang ke pulau Condong juga akan disuguhkan dengan atraksi dari monyet ekor panjang yang hidup secara liar. Mengenai keberadaan monyet yang ada di pulau ini masih menjadi teka-teki, apakah spesies asli penghuni pulau tersebut atau sengaja didatangkan dari wilayah habitat lain. Namun menurut sumber, yakni Serka Samsul Bachri, monyet-monyet ini sengaja didatangkan untuk tujuan komersil pada tahun 1997 sebanyak 400 ekor berkoordinasi dengan pemilik pulau, H. Amir. Tetapi seiring berjalannya waktu, rencana ini tidak berhasil karena tidak adanya izin yang sah dari instansi terkait dan masyarakat yang juga menghuni pulau tersebut. Menurut masyarakat, populasi monyet ekor panjang pada tahun 2013 pastinya sudah mulai berkurang akibat sering terjadi konflik antara manusia dengan satwa tersebut. Terkadang masyarakat mengaku sengaja membuat jerat, bahan kimia beracun untuk mengusir satwa yang menurut CITES tergolong Appendix II.
Semoga menjadi bahan pertimbangan dan perhatian bagi multi-stakeholder penggiat lingkungan hidup.---
Pulau Condong memiliki potensi alam relatif masih asli, bentuk pulau seperti kerucut mirip kubah dimana seluruh lereng dan permukaan bukit dipenuhi oleh vegetasi hutan pantai termasuk beringin, waru, ketapang, dan lain-lain. Bagian Selatan pulau seperti terbelah yang bisa dijadikan tempat untuk para pecinta walk climbing, pendakian, serta olah raga yang bersifat extreme.
Wilayah sekitar pulau Condong Sulah, Condong Darat, Condong Laut digunakan sebagai tempat latihan renang, fun swimming, diving, dan snorkling. Bagi klub diving di Bandar Lampung, Condong Sulah sering digunakan sebagai lokasi outbond training. Fasilitas yang ada secara bertahap sedang dipenuhi oleh penunggu pulau. Transportasi antara pulau dan daratan atau pasir putih hanya sekitar 15 menit lamanya perjalanan. Di sana terdapat 2 buah cottage dan sebuah cafe bagi para pengunjung. Kegiatan berkemah sangat disarankan mengingat alam dan letak pulau tidaj terlalu jauh dari kota Bandar Lampung. Pantai Timur cocok untuk mandi dan berenang bagi keluarga yang tidak ingin jauh berekreasi ke pulau.
Selain itu, pengunjung yang datang ke pulau Condong juga akan disuguhkan dengan atraksi dari monyet ekor panjang yang hidup secara liar. Mengenai keberadaan monyet yang ada di pulau ini masih menjadi teka-teki, apakah spesies asli penghuni pulau tersebut atau sengaja didatangkan dari wilayah habitat lain. Namun menurut sumber, yakni Serka Samsul Bachri, monyet-monyet ini sengaja didatangkan untuk tujuan komersil pada tahun 1997 sebanyak 400 ekor berkoordinasi dengan pemilik pulau, H. Amir. Tetapi seiring berjalannya waktu, rencana ini tidak berhasil karena tidak adanya izin yang sah dari instansi terkait dan masyarakat yang juga menghuni pulau tersebut. Menurut masyarakat, populasi monyet ekor panjang pada tahun 2013 pastinya sudah mulai berkurang akibat sering terjadi konflik antara manusia dengan satwa tersebut. Terkadang masyarakat mengaku sengaja membuat jerat, bahan kimia beracun untuk mengusir satwa yang menurut CITES tergolong Appendix II.
Semoga menjadi bahan pertimbangan dan perhatian bagi multi-stakeholder penggiat lingkungan hidup.---
Komentar
Posting Komentar