Bedanya Rimbawan dengan Pecinta Alam

Tumpukan sampah di Gn. Dempo
Ini bukan penilaian secara spesifik kepada seluruh para pendaki, karena belum tentu semua orang mampu melakukan hal tersebut. Namun ini hanya sebagai kritikan untuk para PENIKMAT ALAM yang berusaha mendaki namun tidak bertanggung jawab, tidak sadar apa yang mereka perbuat dan menganggap remeh konsekuensi apa yang akan didapat oleh anak cucu mereka. Cintailah dengan sadar alam yang kita jadikan sebagai tempat berpijak, tidak perlu memaksakan untuk merawat, karena siklus alam itu terus berjalan dengan sendirinya, tapi jagalah untuk dan sebagai tempat berpijak generasi kita selanjutnya.

Banyak pendaki gunung yang meninggalkan sampahnya di lereng dan di puncak gunung. Perlakuan yang tidak adil bagi alam. Bahkan apabila lebih dalam, pembuangan sampah di tengah alam bebas adalah sebuah kejahatan. Itulah yang membedakan, mana pendaki konservatif (RImbawan), dan mana pecinta alam gadungan. Berikut point-point yang bisa dijadikan acuan.

1. Ikut andil mencemari lingkungan gunung
Melakukan berbagai bentuk pencemaran di gunung selama pendakian seperti membuang atau menimbun  sampah (tidak membawa turun sampah yang dibawanya), mengotori sumber mata air, dan atau membawa barang maupun zat yang mencemarkan bumi, air, dan udara dalam jangka lama.

2. Merusak keasrian gunung
Melakukan bermacam pengrusakan seperti mencorat-coret batu, batang pohon, pos shelter (vandalisme), mengambil flora dan fauna langka dan khas daerah setempat, bertindak semaunya hingga mengakibatkan kebakaran hutan, savana dan lain-lain seperti membuang putung rokok yang masih menyala sembarangan, dan lalai mematikan dengan seksama bekas api unggun atau memasak.

3. Pendakian tak ramah lingkungan
Melakukan ekspedisi seperti membuat jalur pendakian baru tanpa mengindahkan nilai-nilai konservasi. Semata hanya mencari sensasi, prestasi, dan atau keuntungan pribadi. Melakukan pembabatan pada tumbuhan, kemudian mengajak pendaki-pendaki lain untuk menggunakan jalur tersebut atau mengkomersialkannya.

4. Pendakian massal yang non-konservatif
Membuat pendakian dengan peserta dalam jumlah besar tanpa berkonsep konservatif. Justru hanya memindahkan sampah pribadi dan kelompok ke gunung hingga kian memperparah pencemaran dan perusakan ekosistem di gunung.

Singkatnya, kaum Pecinta Alam hanya mewarisi semangat mengajak mendaki gunung kepada orang-orang baru dengan berbagi cara, tanpa dibarengi semangat melakukan dan mensosialisasikan pendakian konservatif. Akibatnya lahir generasi pendaki yang antipati lingkungan. Dengan kata lain hanya membentuk mental pendaki senang-senang bukan pendaki konservatif.
kesalahan-kesalahan pendaki di atas mungkin pernah dilakukan oleh kita juga saat mendaki, baik disengaja ataupun tidak. Untuk itu mulai sekarang mari kita tidak melakukan pencemaran dan pengrusakan lagi dan ikut aktif menyuarakan semangat pendakian konservatif di gunung manapun dan kapanpun.

Sumber:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pulai, Pohon Berkhasiat Obat

Way Kambas: Bercengkrama dengan alam lewat Lensa

Mengubah alga merah menjadi minyak bumi